- Sabdono, 28, (bukan nama sebenarnya) bukan pelajar SMA, tapi selalu berdoa agar sekolah banyak libur. Apa hubungannya? Ya iyalah, karena dengan hari libur itu dia lalu bebas menggauli Dewi, 19, (bukan nama sebenarnya) adik iparnya yang masih pelajar SMA. Tapi lelaki piktor ini kini masuk sel Polres Brebes (Jateng), karena menggauli adik iparnya sebanyak 4 kali.
Masa liburan merupakan hari-hari menyenangkan anak sekolah, termasuk juga para pengusaha angkutan dari pesawat hingga bis antarkota. Pelajar yang orangtuanya banyak duit, bisa jalan-jalan keluar kota. Pengusaha angkutan, bisa naikkan tarif dari harga biasanya. Hotel pun tak mau ketinggalan, di musim liburan harga kamar bisa dinaikkan hingga 25-50 persen. Mereka berhasil memanfaatkan masa libur itu jadi mesin uang bagi perusahaannya.
Yang aneh kan Sabdono, yang bukan pelajar bukan pula pengusaha, kok senang sekali dengan datangnya hari libur. Ada apa gerangan? Ternyata, dia memang memiliki alasan khusus. Katanya, di kala hari libur tersebut Dewi, sang WIL alias adik iparnya sendiri, banyak di rumah karena tidak sekolah. Nah, di masa-masa itulah dia bisa menyelingkuhi dengan aman. Di kala istri bekerja di pasar, dia di rumah asyik menyetubuhi Dewi kekasih gelapnya.
Sabdono memang lelaki celuthak (kurang ajar) di jamannya. Memiliki istri yang lumayan cantik, masih kurang juga. Tahu adik iparnya kini lebih menawan, pengin juga menjajalnya. Memangnya sepeda motor, apa? Tapi begitulah jalan pikiran Sabdono yang piktor alias pikiran kotor itu. Mana kala melihat lenggang-lenggok adiknya, pendulumnya langsung kontak. Apa lagi setan langsung ngompori. “Ipar itu bahasa Jawa-nya kan ipe, artinya iki ya penak (ini juga enak),” ujar setan yang juga lulusan Sastra Jawa itu.
Sebenarnya, hati nurani juga sudah mengingatkan, jangan memperturutkan kata hati, tidak baik. Tapi setan memang lebih kenceng menyatroni otaknya, sehingga jalan pikiran Sabdono menjadi lebih condong ke fraksi setan. Itu artinya, bila waktunya sangat kondusif, dia harus bisa menelateni Dewi si ipar yang berbodi seksi dengan betis mbunting padi itu.
Untuk urusan kejahatan, setan memang selalu di garda paling depan. Karenanya dia terus berusaha membantu dan mengujudkan tekad kroni barunya, Sabdono. Nah, di kala hari Minggu, di mana Dewi seharian di rumah, setan langsung merangsek masuk, manjing (masuk) ke bagian perangkat kerasnya paling sensitif. Intinya, dia lalu merayu-rayu Dewi agar mau diajak hubungan bak suami istri. “Jika menolak, kakakmu tak cerai, tahu rasa….”, ancam Sabdono.
Diembargo semacam itu, rupanya Dewi klipuk (tak berkutik) juga. Daripada rumahtangga berantakan, dia siap berkorban dengan aset miliknya yang sangat berharga tersebut. Dan siang itu, di kala istri masih sibuk jualan di pasar, di rumah Sabdono berhasil memerawani Dewi sang adik ipar. Namanya juga barang baru, tentu bagi Sabdono terasa lebih pulen bak beras rajalele made in Delanggu, Surakarta. Ibarat nasi pula, dia muluk (makan)-nya lahap banget, tanpa sayur dan lauk pun jadi!
Begitu “pulen”-nya Dewi, pada akhirnya Sabdono menjadi ketagihan. Setiap hari libur, dia sibuk menyetubuhi adik iparnya. Sampai-sampai dia punya usul, agar Dewi tak usah sekolah, biar bisa dikeloni kapan saja. Atau, kalau bisa usul sama sekolah agar diperbanyak hari liburnya. “Sana, sampeyan usul langsung ke Mendiknas M. Nuh….,” kata Dewi kesal.
Tapi kebejadan lelaki dari Bulakamba, Brebes ini harus berakhir, ketika Dewi capek melayani nafsu kakak iparnya, karena selalu dilakukan dengan tidak tenang, bahkan deg-degan. Dia pun mengadu pada kakaknya. Dan istri Sabdono itupun melapor ke polisi. Ironisnya, ketika diperiksa dia mengaku bahwa hanya 4 kali menyetubuhi Dewi, tidak lebih. Harapannya, dengan itu hukumannya bisa diperingan.
Sekali atau 100 kali, semuanya kena pasal 284 KUHP, mas!
Masa liburan merupakan hari-hari menyenangkan anak sekolah, termasuk juga para pengusaha angkutan dari pesawat hingga bis antarkota. Pelajar yang orangtuanya banyak duit, bisa jalan-jalan keluar kota. Pengusaha angkutan, bisa naikkan tarif dari harga biasanya. Hotel pun tak mau ketinggalan, di musim liburan harga kamar bisa dinaikkan hingga 25-50 persen. Mereka berhasil memanfaatkan masa libur itu jadi mesin uang bagi perusahaannya.
Yang aneh kan Sabdono, yang bukan pelajar bukan pula pengusaha, kok senang sekali dengan datangnya hari libur. Ada apa gerangan? Ternyata, dia memang memiliki alasan khusus. Katanya, di kala hari libur tersebut Dewi, sang WIL alias adik iparnya sendiri, banyak di rumah karena tidak sekolah. Nah, di masa-masa itulah dia bisa menyelingkuhi dengan aman. Di kala istri bekerja di pasar, dia di rumah asyik menyetubuhi Dewi kekasih gelapnya.
Sabdono memang lelaki celuthak (kurang ajar) di jamannya. Memiliki istri yang lumayan cantik, masih kurang juga. Tahu adik iparnya kini lebih menawan, pengin juga menjajalnya. Memangnya sepeda motor, apa? Tapi begitulah jalan pikiran Sabdono yang piktor alias pikiran kotor itu. Mana kala melihat lenggang-lenggok adiknya, pendulumnya langsung kontak. Apa lagi setan langsung ngompori. “Ipar itu bahasa Jawa-nya kan ipe, artinya iki ya penak (ini juga enak),” ujar setan yang juga lulusan Sastra Jawa itu.
Sebenarnya, hati nurani juga sudah mengingatkan, jangan memperturutkan kata hati, tidak baik. Tapi setan memang lebih kenceng menyatroni otaknya, sehingga jalan pikiran Sabdono menjadi lebih condong ke fraksi setan. Itu artinya, bila waktunya sangat kondusif, dia harus bisa menelateni Dewi si ipar yang berbodi seksi dengan betis mbunting padi itu.
Untuk urusan kejahatan, setan memang selalu di garda paling depan. Karenanya dia terus berusaha membantu dan mengujudkan tekad kroni barunya, Sabdono. Nah, di kala hari Minggu, di mana Dewi seharian di rumah, setan langsung merangsek masuk, manjing (masuk) ke bagian perangkat kerasnya paling sensitif. Intinya, dia lalu merayu-rayu Dewi agar mau diajak hubungan bak suami istri. “Jika menolak, kakakmu tak cerai, tahu rasa….”, ancam Sabdono.
Diembargo semacam itu, rupanya Dewi klipuk (tak berkutik) juga. Daripada rumahtangga berantakan, dia siap berkorban dengan aset miliknya yang sangat berharga tersebut. Dan siang itu, di kala istri masih sibuk jualan di pasar, di rumah Sabdono berhasil memerawani Dewi sang adik ipar. Namanya juga barang baru, tentu bagi Sabdono terasa lebih pulen bak beras rajalele made in Delanggu, Surakarta. Ibarat nasi pula, dia muluk (makan)-nya lahap banget, tanpa sayur dan lauk pun jadi!
Begitu “pulen”-nya Dewi, pada akhirnya Sabdono menjadi ketagihan. Setiap hari libur, dia sibuk menyetubuhi adik iparnya. Sampai-sampai dia punya usul, agar Dewi tak usah sekolah, biar bisa dikeloni kapan saja. Atau, kalau bisa usul sama sekolah agar diperbanyak hari liburnya. “Sana, sampeyan usul langsung ke Mendiknas M. Nuh….,” kata Dewi kesal.
Tapi kebejadan lelaki dari Bulakamba, Brebes ini harus berakhir, ketika Dewi capek melayani nafsu kakak iparnya, karena selalu dilakukan dengan tidak tenang, bahkan deg-degan. Dia pun mengadu pada kakaknya. Dan istri Sabdono itupun melapor ke polisi. Ironisnya, ketika diperiksa dia mengaku bahwa hanya 4 kali menyetubuhi Dewi, tidak lebih. Harapannya, dengan itu hukumannya bisa diperingan.
Sekali atau 100 kali, semuanya kena pasal 284 KUHP, mas!
Posting Komentar