– Sungguh enjoy oknum polisi Hendro, 36,(bukan nama sebenarnya) dari Polres Tulungagung (Jatim) ini. Habis ngeloni WIL, langsung tidur pules. Tapi di tengah mimpinya, tahu-tahu digrobyak (dibangunkan) istri sendiri. Mati kutulah dia, sehingga ketika Ny. Ningrum, 34,(bukan nama sebenarnya) bertanya: “Lho kok di sini Kakanda?”, jawabnya pendek: “Iya Adinda!”
Perselingkuhan suami-istri, sudah lama terjadi. Makin celaka, perselingkuhan di dunia hukum juga makin marak. Dan sungguh tak dinyana, dipicu kasus Nazarudin, bau-bau perselingkuhan hukum juga merembet ke Mahkamah Konstitusi. Pemirsa TV kemarin dulu bisa kenyang menyaksikan di layar kaca, betapa mantan hakim MK Arsyad Sanusi tersengal-sengal saling menelanjangi dengan Ketua MK Mahfud MD. Paling unik, di kala marahpun mereka masih bisa berbasa-basi dengan kata Adinda dan Kakanda.
Nah, kata bentukan wartawan S.Tj.S (Sudaryo Tjokrosisworo) di tahun 1940-an itu kini dipakai pula oleh pasangan suami istri Hendro – Ningrum, ketika terjadi skandal asmara dalam rumahtangga. Ny. Ningrum yang mencoba marah secara terukur, dalam emosinya masih bisa menyindir suaminya dengan kata “Kakanda”. Tapi Hendro yang tertangkap basah mesum, jadi salah tingkah saat mengucapkan: “Iya Adinda.” Capek dalam sandiwara kata-kata santun, keduanya pun lalu keluar aslinya hingga saling maki!
Maaf, pada dasarnya kaum lelaki itu pembosan. Dia merupakan makhluk yang tak mau dalam kehidupan monoton, itu-itu saja. Tak hanya soal makanan, sampai urusan ranjang pun begitu. Maka seperti Hendro yang di sini jadi oknum polisi, meski bininya lumayan cantik, masih juga pengin yang lain. Jika orang punya iman, pasti ingat peringatan Allah SWT bahwasanya manusia harus jadi ummat yang pandai bersyukur. Terimalah saja apa pemberian-Nya. Ingat, siksa Allah amat pedih. (Q.S. Ibrahim ayat 7).
Tapi Hendro ini sepertinya memang tak punya iman, kecuali si “imin”. Saat kenal janda muda yang berpenampilan seger sumyah (baca: seksi menggiurkan), pendulumnya langsung kontak. Dia tak mau hanya mengagumi kecantikan Mayang, 28, tapi harus menggumuli sekalian. Maka oknum polisi dari Polres Tulungagung ini mulai main mata dengan si janda.
Dasar lagi milik, aspirasi urusan bawahnya ternyata bisa diterima, sehingga dari lirik-lirikan itu kemudian berubah jadi “enjot-enjotan”.
Di hari-hari tertentu dia pasti nyambangi gendakannya di Dusun Bakalan, Desa Pulorejo, Kecamatan Ngoro, Jombang. Ibarat mobil di bengkel, di sana Hendro “tune up” sekalian sporing balansing dan amplas platina. Karena berkoalisi dengan janda cantik itu mengasyikkan, pulang ke rumah pun jadi telat. Tapi sebagai polisi, tentu saja alasannya bisa banyak. “Tadi di anu ada kasus pembunuhan….,” kata Hendro pada istrinya. Dan Ny. Ningrum yang sangat memaklumi tugas kebayangkaraan, hanya bisa diam.
Tapi istri boleh nerima, tapi “sing momong” tentu tidak terima! Lewat tangan orang-orang yang peduli tetangga, akhirnya ada informasi masuk lewat HP bahwa Hendro suka mangkal di rumah janda Mayang di Jombang. Begitu detil data-data itu, sehingga Ningrum pun bergagas mendatangi alamat itu. Ee, ternyata betul. Didapatkannya malam itu Hendro sedang tidur pules di samping WIL-nya. Kontan dia dibangunkan, sementara Mayang sang primadona hanya diam tak berkutik.
Tentu saja Hendro kedandapan bin salah tingkah. Karena di rumah orang, awalnya suami istri itu masih bisa berbasa-basi kakanda dan adinda.
Tapi lama-lama emosi Ningrum pun jadi bangkit. Ributlah keduanya, sehingga tetangga ikut melerai. Tapi ibu malang ini tak terima sehingga melaporkan skandal ini ke Polres Tulungagung. Ningrum ingin sekali memberi pelajaran kepada suaminya yang pengkhianat cinta.
Wah, gara-gara soal “turun celana” bisa turun pangkat.
Perselingkuhan suami-istri, sudah lama terjadi. Makin celaka, perselingkuhan di dunia hukum juga makin marak. Dan sungguh tak dinyana, dipicu kasus Nazarudin, bau-bau perselingkuhan hukum juga merembet ke Mahkamah Konstitusi. Pemirsa TV kemarin dulu bisa kenyang menyaksikan di layar kaca, betapa mantan hakim MK Arsyad Sanusi tersengal-sengal saling menelanjangi dengan Ketua MK Mahfud MD. Paling unik, di kala marahpun mereka masih bisa berbasa-basi dengan kata Adinda dan Kakanda.
Nah, kata bentukan wartawan S.Tj.S (Sudaryo Tjokrosisworo) di tahun 1940-an itu kini dipakai pula oleh pasangan suami istri Hendro – Ningrum, ketika terjadi skandal asmara dalam rumahtangga. Ny. Ningrum yang mencoba marah secara terukur, dalam emosinya masih bisa menyindir suaminya dengan kata “Kakanda”. Tapi Hendro yang tertangkap basah mesum, jadi salah tingkah saat mengucapkan: “Iya Adinda.” Capek dalam sandiwara kata-kata santun, keduanya pun lalu keluar aslinya hingga saling maki!
Maaf, pada dasarnya kaum lelaki itu pembosan. Dia merupakan makhluk yang tak mau dalam kehidupan monoton, itu-itu saja. Tak hanya soal makanan, sampai urusan ranjang pun begitu. Maka seperti Hendro yang di sini jadi oknum polisi, meski bininya lumayan cantik, masih juga pengin yang lain. Jika orang punya iman, pasti ingat peringatan Allah SWT bahwasanya manusia harus jadi ummat yang pandai bersyukur. Terimalah saja apa pemberian-Nya. Ingat, siksa Allah amat pedih. (Q.S. Ibrahim ayat 7).
Tapi Hendro ini sepertinya memang tak punya iman, kecuali si “imin”. Saat kenal janda muda yang berpenampilan seger sumyah (baca: seksi menggiurkan), pendulumnya langsung kontak. Dia tak mau hanya mengagumi kecantikan Mayang, 28, tapi harus menggumuli sekalian. Maka oknum polisi dari Polres Tulungagung ini mulai main mata dengan si janda.
Dasar lagi milik, aspirasi urusan bawahnya ternyata bisa diterima, sehingga dari lirik-lirikan itu kemudian berubah jadi “enjot-enjotan”.
Di hari-hari tertentu dia pasti nyambangi gendakannya di Dusun Bakalan, Desa Pulorejo, Kecamatan Ngoro, Jombang. Ibarat mobil di bengkel, di sana Hendro “tune up” sekalian sporing balansing dan amplas platina. Karena berkoalisi dengan janda cantik itu mengasyikkan, pulang ke rumah pun jadi telat. Tapi sebagai polisi, tentu saja alasannya bisa banyak. “Tadi di anu ada kasus pembunuhan….,” kata Hendro pada istrinya. Dan Ny. Ningrum yang sangat memaklumi tugas kebayangkaraan, hanya bisa diam.
Tapi istri boleh nerima, tapi “sing momong” tentu tidak terima! Lewat tangan orang-orang yang peduli tetangga, akhirnya ada informasi masuk lewat HP bahwa Hendro suka mangkal di rumah janda Mayang di Jombang. Begitu detil data-data itu, sehingga Ningrum pun bergagas mendatangi alamat itu. Ee, ternyata betul. Didapatkannya malam itu Hendro sedang tidur pules di samping WIL-nya. Kontan dia dibangunkan, sementara Mayang sang primadona hanya diam tak berkutik.
Tentu saja Hendro kedandapan bin salah tingkah. Karena di rumah orang, awalnya suami istri itu masih bisa berbasa-basi kakanda dan adinda.
Tapi lama-lama emosi Ningrum pun jadi bangkit. Ributlah keduanya, sehingga tetangga ikut melerai. Tapi ibu malang ini tak terima sehingga melaporkan skandal ini ke Polres Tulungagung. Ningrum ingin sekali memberi pelajaran kepada suaminya yang pengkhianat cinta.
Wah, gara-gara soal “turun celana” bisa turun pangkat.
Posting Komentar