CARI rujukan ke manapun pasti takkan ketemu, bahwa keterbelakangan mental bisa dilawan lewat hubungan seks. Dukun Sumadi, 35, (bukan nama sebenarnya) yang mencoba “terapi” itu akhirnya malah jadi urusan polisi. Sebab setelah diterapi olehnya, Tuwuh, 19,(bukan nama sebenarnya) hamil 4 minggu.
Keterbelakangan mental yang biasa disebut idiot atau pekok, memang belum ada obatnya. Keluarga yang memiliki keturunan semacam itu, harus siap membawanya ke sekolah SLB (Sekolah Luar Biasa) agar si anak cacat itu bisa diarahkan ke yang lebih baik. Kasarannya: pekok ya pekok, tapi sudah makan sekolahan.
Tuwuh, gadis warga Desa Popoh Kecamatan Selapuro, Blitar (Jatim), kebetulan mengalami cacat seperti itu. Sudah barang tentu keluarganya sangat berduka. Sebab bisa diramalkan, sibocah kelak akan kehilangan masa depan dan menjadi beban keluarga. Orang tua bisa mendampingi berapa lama? Jika sudah didatangi Yamadipati (baca: meninggal), mereka tak tahu lagi nasib si idiot sepeninggalnya.
Para tetangga yang kasihan lalu menyarankan agar dibawa ke dukun Sumadi di Doko. Kabarnya dukun ini bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Keluhan pasien apa saja bisa dilayani, asalkan bukan keluhan rande dit (tak punya uang). Soalnya, soal penyakit yang paling akhir itu di manapun terkena, termasuk yang nulis kolom ini.
Percaya publikasi tetangga, gadis Tuwuh dibawa keluarganya ke dukun Sumadi. Karena penyakit itu lumayan serius, si gadis diminta rawat inap alias ditinggal di situ. Keluarga pun bersedia, dan Tuwuh mulai dapat terapi macam-macam dari dukun Sumadi yang masih muda nan enerjik itu. “Empun tilar mawon, Insya Allah saged mantun (sudah tinggal saja, semoga bisa sembuh),” kata dukun Sumadi.
Ternyata terapi penyembuhan Sumadi sangat aneh. Bukan sekedar dimandikan kembang tujuh rupa, yang airnya diambil dari Lautan Teduh, tapi disuruh telanjang di kamar pasien. Namanya anak idiot, tentu saja Tuwuh pasrah tanpa kecurigaan. Kemudian ketika Sumadi menawarkan “persetubuhan ala suami istri” untuk penyembujhan , lagi-lagi Tuwuh hanya mengangguk saja. Ya sudah, Sumadi lalu bekerja gliyak-gliyak waton penak (kerja santai asal nyaman).
Dua bulan jadi pasien Sumadi, gadis Tuwuh tahu-tahu tidak mens. Dukun itu terperanjat akan eksperimen sendiri. Lha kok hamil, bagaimana ceritanya? Tapi sebagai dukun yang jantan, tidak sekedar punya alat kejantanan, dia segera mendatangi orangtua gadis dan minta maaf. “Nanging kula siap tanggeljawab” kata Sumadi dengan sikap jantan.
Jantan sih jantan, tapi jika anak idiot kok ditelateni, ini benar-benar kurang ajar. Makanya kelurga Tuwuh segera mengadu ke Polsek Doko, agar dukun cabul itu ditangkap. Dalam pemeriksaan Sumadi mengakui bahwa tak menyangka eksperimennya berakibat seperti itu. Tapi karena keluarga tak bisa diajak berdamai, ya sudah.
Eksperimen bukannya di loboratorium, malah di ranjang.
Keterbelakangan mental yang biasa disebut idiot atau pekok, memang belum ada obatnya. Keluarga yang memiliki keturunan semacam itu, harus siap membawanya ke sekolah SLB (Sekolah Luar Biasa) agar si anak cacat itu bisa diarahkan ke yang lebih baik. Kasarannya: pekok ya pekok, tapi sudah makan sekolahan.
Tuwuh, gadis warga Desa Popoh Kecamatan Selapuro, Blitar (Jatim), kebetulan mengalami cacat seperti itu. Sudah barang tentu keluarganya sangat berduka. Sebab bisa diramalkan, sibocah kelak akan kehilangan masa depan dan menjadi beban keluarga. Orang tua bisa mendampingi berapa lama? Jika sudah didatangi Yamadipati (baca: meninggal), mereka tak tahu lagi nasib si idiot sepeninggalnya.
Para tetangga yang kasihan lalu menyarankan agar dibawa ke dukun Sumadi di Doko. Kabarnya dukun ini bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Keluhan pasien apa saja bisa dilayani, asalkan bukan keluhan rande dit (tak punya uang). Soalnya, soal penyakit yang paling akhir itu di manapun terkena, termasuk yang nulis kolom ini.
Percaya publikasi tetangga, gadis Tuwuh dibawa keluarganya ke dukun Sumadi. Karena penyakit itu lumayan serius, si gadis diminta rawat inap alias ditinggal di situ. Keluarga pun bersedia, dan Tuwuh mulai dapat terapi macam-macam dari dukun Sumadi yang masih muda nan enerjik itu. “Empun tilar mawon, Insya Allah saged mantun (sudah tinggal saja, semoga bisa sembuh),” kata dukun Sumadi.
Ternyata terapi penyembuhan Sumadi sangat aneh. Bukan sekedar dimandikan kembang tujuh rupa, yang airnya diambil dari Lautan Teduh, tapi disuruh telanjang di kamar pasien. Namanya anak idiot, tentu saja Tuwuh pasrah tanpa kecurigaan. Kemudian ketika Sumadi menawarkan “persetubuhan ala suami istri” untuk penyembujhan , lagi-lagi Tuwuh hanya mengangguk saja. Ya sudah, Sumadi lalu bekerja gliyak-gliyak waton penak (kerja santai asal nyaman).
Dua bulan jadi pasien Sumadi, gadis Tuwuh tahu-tahu tidak mens. Dukun itu terperanjat akan eksperimen sendiri. Lha kok hamil, bagaimana ceritanya? Tapi sebagai dukun yang jantan, tidak sekedar punya alat kejantanan, dia segera mendatangi orangtua gadis dan minta maaf. “Nanging kula siap tanggeljawab” kata Sumadi dengan sikap jantan.
Jantan sih jantan, tapi jika anak idiot kok ditelateni, ini benar-benar kurang ajar. Makanya kelurga Tuwuh segera mengadu ke Polsek Doko, agar dukun cabul itu ditangkap. Dalam pemeriksaan Sumadi mengakui bahwa tak menyangka eksperimennya berakibat seperti itu. Tapi karena keluarga tak bisa diajak berdamai, ya sudah.
Eksperimen bukannya di loboratorium, malah di ranjang.
Posting Komentar