BIAR penjual es degan, dalam urusan ranjang Sumijan, 54, masih tetap hangat. Saking hangatnya, anak tirinya pun, Rawit, 18, dipaksa menggantikan peran ibu, gara-gara Ny. Ginah, 42, istrinya sudah malas melayani. Ketika tiba-tiba si gadis hamil, gegerlah tetangg dan Sumijan pun nyaris jadi bulan-bulanan massa.
Sebagai penjual es degan, Sumijan tak mau larut dalam pekerjaan. Maksudnya, meki di gerobak rombongnya selalu berurusan dengan balok-balok es yang dingin, dia ak mau ranjangnya di rumah ikut-ikutan dingin pula. Dia berharap ranjang itu tetap hangat, tetap berderit-derit sebagaimana ketika masih muda. Boleh percaya boleh tidak, dalam usia kepala lima, dia masih rajin “mengunjungi” istri seminggu 3 kali. “Aku masih rosa-rosa kayak Mbah Maridjan kok,” begitu kilahnya.
Sayangnya, kemauan Sumijan tak berbanding lurus dengan keinginan istri. Ny. Ginah yang masih usia balita (di bawah lima puluh tahun), belakangan sudah males melayani suami dengan alasan takut hamil. Bisa sih sebetulnya ditangkal dengan piranti kontrasepsi, tapi Sumijan yang tidak mau. Pakai spiral, katanya tidak nyaman. Pakai kondom, suami Ginah bilang bahwa makan pun jika pakai garpu tak sedap. Ibarat penerjun, maunya Sumijan “terjun bebas” saja tanpa parasut!
Karena tak ada titik temu, ranjang Sumijan – Ginah pun “dead lock”. Lobi-lobi sudah dijalankan suami, tapi istri tetap tidak mau diajak kompromi. Repot memang, istri maunya opsi A, suami maunya opsi C. Dikombinasi opsi AC, katanya kok macam Pansus Bank Century. Akibatnya, lelaki dari Desa Klagen Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang (Jatim) ini sudah beberapa minggu tak punya aktivitas yang signifikan. Malam hari kedinginan, paling-paling lalu ura-ura tembang Jawa: “Bedug tiga datan arsa guling (jam tiga malam tak bisa tidur)….!”
Dalam kondisi “dead lock” tersebut, tiba-tiba setan memberikan solusi pada Sumijan, yang katanya tetap nikmat mupangat (enak dan berguna). Apa solusinya? Kata setan nih, dari pada anak bawaan Ginah nganggur saja dalam usia 18 tahun, kan lebih baik dimanfaatkan secara tepat guna. Sebab dalam dunia persetanan, menggauli anak tiri itu hukumnya sah-sah saja. Solusi ini dijamin praktis dan ekonomis, daripada kawin lagi, lalu model siri pula, woooo……bakal dituntut!
Berdasarkan petunjuk bapak setan tersebut, atau bapak setan memberi petunjuk; Sumijan lalu mendekati Rawit yang tumbuh mekar dengan bodinya yang sekel nan cemekel. Awalnya sigadis menolak, tapi setelah memahami penderitaan batin ayah tirinya, dia akhirnya bertekuk lutut dan berbuka paha. Namun celakanya, sekali diberi lain kali Sumijan njuk eneh-njuk eneh (minta lagi) melulu. Akhirnya, dari sekali saja, jadi berkali-kali.
Berkebun di ladangpun asal selalu disiram bakal berbuah. Apa lagi berkebun di ladang asmara; terlalu sering lahan Rawit “disiram” ayah tiri, lama-lama perutnya menggelembung berisi unsur janin. Bukan saja istri Sumijan, para tetangga pun terkaget-kaget dibuatnya. Saat ditanya si gadis mengaku bahwa selama ini sering disetubuhi ayah tirinya. Para tetangga pun emosi, hampir saja Sumijan digebuki jadi bulan-bulanan. Untung polisi segera turun tangan, Sumijan dan Rawit diamankan. “Ibu sudah tak mau melayani, jadi saya ini kan sekadar istri pengganti,” kata Rawit pada polisi.
Kayak notaris saja, ada istilah pengganti! (JP/Gunarso TS)
Sebagai penjual es degan, Sumijan tak mau larut dalam pekerjaan. Maksudnya, meki di gerobak rombongnya selalu berurusan dengan balok-balok es yang dingin, dia ak mau ranjangnya di rumah ikut-ikutan dingin pula. Dia berharap ranjang itu tetap hangat, tetap berderit-derit sebagaimana ketika masih muda. Boleh percaya boleh tidak, dalam usia kepala lima, dia masih rajin “mengunjungi” istri seminggu 3 kali. “Aku masih rosa-rosa kayak Mbah Maridjan kok,” begitu kilahnya.
Sayangnya, kemauan Sumijan tak berbanding lurus dengan keinginan istri. Ny. Ginah yang masih usia balita (di bawah lima puluh tahun), belakangan sudah males melayani suami dengan alasan takut hamil. Bisa sih sebetulnya ditangkal dengan piranti kontrasepsi, tapi Sumijan yang tidak mau. Pakai spiral, katanya tidak nyaman. Pakai kondom, suami Ginah bilang bahwa makan pun jika pakai garpu tak sedap. Ibarat penerjun, maunya Sumijan “terjun bebas” saja tanpa parasut!
Karena tak ada titik temu, ranjang Sumijan – Ginah pun “dead lock”. Lobi-lobi sudah dijalankan suami, tapi istri tetap tidak mau diajak kompromi. Repot memang, istri maunya opsi A, suami maunya opsi C. Dikombinasi opsi AC, katanya kok macam Pansus Bank Century. Akibatnya, lelaki dari Desa Klagen Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang (Jatim) ini sudah beberapa minggu tak punya aktivitas yang signifikan. Malam hari kedinginan, paling-paling lalu ura-ura tembang Jawa: “Bedug tiga datan arsa guling (jam tiga malam tak bisa tidur)….!”
Dalam kondisi “dead lock” tersebut, tiba-tiba setan memberikan solusi pada Sumijan, yang katanya tetap nikmat mupangat (enak dan berguna). Apa solusinya? Kata setan nih, dari pada anak bawaan Ginah nganggur saja dalam usia 18 tahun, kan lebih baik dimanfaatkan secara tepat guna. Sebab dalam dunia persetanan, menggauli anak tiri itu hukumnya sah-sah saja. Solusi ini dijamin praktis dan ekonomis, daripada kawin lagi, lalu model siri pula, woooo……bakal dituntut!
Berdasarkan petunjuk bapak setan tersebut, atau bapak setan memberi petunjuk; Sumijan lalu mendekati Rawit yang tumbuh mekar dengan bodinya yang sekel nan cemekel. Awalnya sigadis menolak, tapi setelah memahami penderitaan batin ayah tirinya, dia akhirnya bertekuk lutut dan berbuka paha. Namun celakanya, sekali diberi lain kali Sumijan njuk eneh-njuk eneh (minta lagi) melulu. Akhirnya, dari sekali saja, jadi berkali-kali.
Berkebun di ladangpun asal selalu disiram bakal berbuah. Apa lagi berkebun di ladang asmara; terlalu sering lahan Rawit “disiram” ayah tiri, lama-lama perutnya menggelembung berisi unsur janin. Bukan saja istri Sumijan, para tetangga pun terkaget-kaget dibuatnya. Saat ditanya si gadis mengaku bahwa selama ini sering disetubuhi ayah tirinya. Para tetangga pun emosi, hampir saja Sumijan digebuki jadi bulan-bulanan. Untung polisi segera turun tangan, Sumijan dan Rawit diamankan. “Ibu sudah tak mau melayani, jadi saya ini kan sekadar istri pengganti,” kata Rawit pada polisi.
Kayak notaris saja, ada istilah pengganti! (JP/Gunarso TS)
Posting Komentar