Namaku Herman, 35 tahun, adalah seorang ayah duda dengan 2 orang anak. Badan sedikit atletis dengan tinggi badan yang mendukung. Sebagai lelaki yang tinggal di kota besar, sebagai wiraswasta di Bandung . Dengan tubuh tinggi kekar, dan kulit yang kuning, walau sudah menikah dan punya anak yang sudah cukup dewasa, tapi masih banyak wanita yang selalu menggodaku. Di samping istri lagi koma akibat kecelakaan, kesetiaan kepada istriku tdk menghiraukan segalanya.
Anaknya yang paling besar, Intan, 16 tahun, seorang anak yang yang baik dan penurut pada orang tuanya. Anak kedua, Yenny, 14 tahun, seorang anak yang sudah mulai beranjak dewasa. Dalam Kehidupan sexual Marlina (istriku) sebetulnya tidak ada masalah sama sekali berhubung dia lagi koma, agak menahan gimana gejolak jika adik keci beranjak. Walau banyak wnita klienku yang menggoda, tak sedikitpun ada niat dia untuk mengkhianati Marlina.
Tapi ada sesuatu yang berubah dalam diri Herman ketika suatu hari secara tidak sengaja melihat anak pertamanya intan, sedang berpakaian setelah mandi. Dari balik pintu yang tidak tertutup rapat, Herman dengan jelas melihat Intan telanjang. Matanya tertuju pada gundukan dan vagina lebat intan yang dihiasi dengan bulu-bulu yang tidak terlalu lebat.
Sejak saat itu Herman pikirannya selalu teringat pada tubuh telanjang anaknya itu. Bahkan seringkali Herman memperhatikan intan bila sedang makan, sedang duduk, atau sedang apapun bila ada kesempatan. Ingin Menjamah Tubuh Anak Kandungnya, Tapi antara Takut dan berani. Sehingga selalu ngintip anaknya di saat mandi dan sambil menggosok-gosok penisnya ke tembok.
“Ada apa pa, kok liatin intan terus?” tanya intan ketika Herman memperhatikannya di ruang tamu.
“Tidak ada apa-apa, sayang.. Hanya saja papa jadi senang karena melihat kamu makin besar dan dewasa,” ujar Herman sambil tersenyum.
“Kamu sudah punya pacar, tan ?” tanya Herman.
“Pacar resmi sih belum ada, tapi kalau sekedar teman jalan sih ada beberapa. Memangnya kenapa, Pa?” tanya Intan.
“Ah, tidak. papa hanya pengen tahu saja,” ujar Herman.
“Kamu pernah kissing?” tanya Herman.
“Ah, Papa.. Pertanyaannya bikin malu Intan ah…” Ujar intan sambil tersenyum.
“Yaa.. Tidak apa-apa kok,sayang.. Jujur saja pada Papa. Papa juga pernah muda kok. Papa mengerti akan maunya anak muda kok…” ujar Herman sambil mencubit pipi Intan. Intan pun tertawa.
“Ya, Intan pernah ciuman dengan mereka,” Ujar Intan.
“Ngga samapai lebihkan?” tanya Herman lagi.
“Maksudnya, Paa?” tanya Intan tidak mengerti.
“Making LOve.. Bersetubuh…” ujar Herman sambil mempraktekkan ibu jarinya diselipkan diantara telunjuk dan jari tengah.
“Wah kalau itu Intan belum pernah, Paa.. Tidak berani. Takut hamil…” ujar Intan. Herman tersenyum mendengarnya.
“Kenapa Papa tersenyum?” tanya intan.
“Karena kamu masih sangat polos, sayang…” kata Herman sambil mencubit pipinya Intan, lalu bangkit untuk menyiapkan segala sesuatunya karena Herman mau berangkat kerja.
Malam harinya Intan dan Yenny asyik menonton TV, sedangkan Herman sedang mengerjakan sesuatu di meja kerjanya.
“Ciuman rasanya gimana sih?” tanya Yenny ketika menyaksikan adegan ciuman di televisi.
“Ah, kamu.. Masih kecil! Tidak perlu tahu,” ujar Intan sambil mengucek-ngucek rambut Yenny.
“Tidak boleh begitu, Sayang, tiba-tiba Herman mendengar dan mendatanginya.. Adikmu harus tahu tentang apapun yang dia tidak mengerti. Biar tidak salah langkah nantinya…” ujar Herman sambil menatap Intan.
“Begini, Yen…” ujar Herman.
“Ciuman itu tidak ada rasa apa-apa.. Tidak manis, pahit atau asin. Hanya saja, kalau kamu sudah besar nanti dan sudah merasakannya, yang terasa hanya perasaan nyaman dan makin sayang kepada pacar atau suami kamu…” ujar Herman lagi.
“Ah, nggak ngerti…” ujar yenny.
“Mendingan Yenny tidur saja, ah.. Sudah ngantuk…” ujar Yenny.
“Ya sudah, tidurlah sayang,” ujar Herman. Yenny kemudian bangkit dan segera menuju kamar tidurnya.
Ketika menyaksikan adegan ranjang di televisi, Herman bertanya kepada Intan, “ko kelihatan serius bgitu sayang”.
“Intan belum punya pacar, Paa.. Mereka hanya sekedar TTM saja,” jawab Intan.
“Tapi kok kamu bisa ciuman dengan mereka?” tanya Herman lagi sambil tersenyum.
“Ya namanya juga iseng…” jawab Intan sambil tersenyum juga.
“Sudah sejauh mana kamu melakukan sesuatu dengan mereka?” tanya Herman.
“Tidak apa-apa kok, Sayang.. Bicara terbuka saja dengan papa,” ujarnya Herman lagi. Intan menatap mata ayahnya sambil tersenyum.
“Ya begitulah…” kata Intan.
“Ya begitulah apa?” tanya Herman lagi.
“Ya begiutlah.. Ciuman, saling pegang, saling raba…” ujar Intan malu malu. Herman pun tersenyum.
“Hanya itu?” tanya Herman lagi.
Intan melirik ke arah kamar adiknya yang sedang tidur.
“Papa jangan bilang ke Mama ya?” ujar Intan.
Herman tersenyum sambil mengangguk. Intan lalu beringsut mendekati Herman.
“Intan pernah oral dengan beberapa teman wanita…” ujarnya sambil berbisik.
Herman tersenyum sambil mencubit pipi Intan.
“Nakal juga ya kamu!” ujar Herman sambil tersenyum.
“Rasanya bagaimana?” tanya Herman sambil berbisik.
“Sangat enak, Paa…” ujar Intan.
“Walaupun mencoba dengan sesama temen wanita, soalanya masih takut begituan ama cwo,..Tapi Intan dengar, katanya kalau punya Intan di masukkin punya cwo kata temen intan, rasanya lebih enak.. Benar tidak, paa?” tanya Intan.
Herman kembali tersenyum tapi tidak menjawab… (sambil bersorak gembira dalam hati ….wahh durian runtuh)
“Kamu mau tahu rasanya, sayang ?” tanya Herman sambil memancing. Intan mengangguk, tapi takut.
“Ngga apa ko sayang, klo mau Sini ikut papa…” ajak Herman sambil bangkit lalu pergi ke kamar belakang. Intan mengikuti dari belakang.
Sesampai di kamar belakang, Herman menarik tangan Intan agar mendekat.
“Ada apa sih, Paa?” tanya Intan.
“Karena kamu sudah dewasa, Papa anggap kamu sudah seharusnya tahu tentang hal tersebut,” ujar Herman dengan nafas agak memburu menahan gejolak yang selama ini terpendam terhadap anaknya tersebut.
“Ciumlah papa sayang…” kata Herman sambil mengecup bibir Jimmy.
Intan diam karena bingung tidak tahu harus berbuat apa. Herman terus melumat bibir anaknya itu sambil tanggannya masuk ke dalam baju intan. Lalu dengan lembut diremas dan di pilin-pilin payudaran anaknya. Karena tidak tahan merasakan rasa enak, intan dengan segera membalas ciuman Herman dengan hangat.
Sambil terus meremas payudara intan, Herman berkata, “Kamu ingin merasakan rasanya bersetubuh kan, sayang?”.
“Iya, Paa…” ujar Intan dengan nafas mendesah.
“Papa juga sama, Sayang.. Papa ingin merasakan hal itu dengan kamu,” ujar Herman.
Diusap, dibelai, diremas, lalu di sedot puting intan sampai tegang dan tegang. Intan terus mendesah tidak karuan, sambil merasakan rasa nikmat pada dirinya.
Intan sambil membalasnya dengan mengocok kontol Herman.
Wahh Hebat juga nih anak, batin Herman.
Kemudian Herman merebahkan tubuh anaknya, lalu melepas semua pakaian yang menempel di tubuhnya. Intan terus membayangkan apa yg di alami saat kontol bapaknya menembus lubang vaginanya.
“Buka baju kamu dong, sayang,” ujar Herman.
“Iya, Paa…” ujar Intan sambil mengangkat bahunya lalu melepas celana roknya.
Dengan Garang Herman lalu menerkam memek putri sulungnya, menjilat dan menyedot. Jilatan dan hisapannya membuat Intan bergetar tubuhnya menahan nikmat yang amat sangat.
“Mmhh.. Enakk, Paa…” desah Intan sambil menggerakan tubuhnya ngga karuan.
“Paa Intan mau pipis,…bilang Intan
“Ngga apa sayang keluarin aja, Jawab Herman
Tubuh intan menegang di ikuti siraman air madu vagina anaknya, yang meluber kemuka Herman.
Herman melepas jilatanya, sambil tersenyum menatap wajah Intan yang tengadah merasakan nikmat.
“Gimana Sayang?”, Tanya Herman
“Enak Paa…” ujar intan.
“Mau yang lebih enak lagi?”,
“Iya, Paa…” jawab intan.
Herman lalu naik ke ranjang anaknya. Lalu segera dibukanya paha lebar-lebar.. Intan langsung mendekatkan memekya ke ke kontol Herman. Lalu segera di masukkan seluruh permukaan memek intan, walaupun agak susah Herman mencoba lagi. Intan terpejam menahan geli tiba-tiba menjerit pelan, aduuhh sakit paa.
“Tahan sayang bentar lagi enak ko, Herman coba menenangkan.
Herman mencoba menggerakkan pelan kontolnya keluar masuk, pelan-pelan di ikuti memegang payudara dan mencium bibir intan.. Mata intan terpejam, tubuhnya bergetar sambil menggoyangkan pinggulnya.
“Ohh.. Enakk.. Teruss, paa…” desah intan.
Setelah sekian menit Herman menunggangi memek putrinya, tiba-tiba tubuh putrinyanya bergetar makin keras, di tekannya kepala kontol Herman ke memeknya, lalu segera dijepit dengan pahanya.. Tak lama…
“Ohh.. Mhh.. Ohh…” desah intan panjang. Marlina orgasme.
“Ohh, enak sekali paa.. intan mau pipis lagi.
Tahan sayang papa juga sama, kita keluarin bareng ya. Jawab Herman
Tak lama.. Crott! Crott! Crott! Air mani Herman muncrat banyak di dalam memek intan. Herman dan intan akhirnya terkulai lemas..
“Bagaimana rasanya sayang?” tanya Herman.
“Sangat nikmat, Paa.. Lebih nikmat daripada oral…” ujar intan sambil memeluk papanya.
“Intan sangat sayang papa,” ujar intan.
“Papa juga sangat sayang kamu,” ujar Marlina.
Lalu mereka berpelukan telanjang.
Hingga babak kedua dan seterusnya hingga malam panjang.
*****
Sejak saat itu mereka selalu melakukan persetubuhan setiap ada kesempatan. Hanya saja ketika Istri Herman bangun dari koma, mereka terpaksa harus bermain di luar sambil menyewa hotel, dan kadang di dalam mobil. Tapi sekarang sudah jarang setelah Intan lulus dan kuliah di Surabaya Tinggal Bersama Neneknya.
Posting Komentar