BREAKING

Selasa, 06 September 2011

Jatah Telat Kok Ngamuk

Jatah Telat Kok Ngamuk - Istri itu sebetulnya ibu rumahtangga atau sekedar pelayan seks suami sih? Marijo, 43, (bukan nama sebenarnya) dari Pacitan ini misalnya. Hanya karena kurang dapat “jatah” dari istri yang sibuk kerja, jadi cemburu dan ngamuk. Yang kasihan kan Lastri, 29, (bukan nama sebenarnya) ini; pulang kerja malam hari malah disambut pukulan suami bertubi-tubi.
Istri yang ideal adalah yang di rumah cuma mamah dan mlumah. Tapi yang begini kan hanya istri-istri kelasnya Nazarudin dan Gayus Tambunan, maksudnya: banyak duit. Keluarga kebanyakan sih, ketika gaji suami tak mencukupi ya terpaksa ikut bantu-bantu cari tambahan penghasilan.  Walhasil, istri yang berkarier tak bisa maksimal memenuhi kodratnya sebagai ibu rumahtangga. Jelasnya, lantaran sudah sibuk menguras tenaga di luar, dia di ranjang tak bisa meladeni “tenaga kuda” suami.
Agaknya Lastri termasuk wanita bernasib demikian. Saat menjanda beberapa tahun lalu, dia mendambakan calon suami yang bonafid, yang kerja sebulan bisa dimakan setahun. Ternyata, saat menikah dengan duda Marijo yang PNS di kantor Pemda Pacitan, secara ekonomi tak ada perubahan. Suami memang hanya pegawai kecil, yang kerjanya iplik gajine cilik. Tapi karena sudah telanjur, mau bagaimana lagi. Apa mungkin, koalisi yang baru dibangun kok harus pecah kongsi?
Untuk menambah penghasilan, sesuai dengan keahliannya di bidang medis, Lastri lalu bekerja jadi perawat di puskesmas. Sore harinya nyambung lagi bekerja di klinik Jalan Veteran. Lantaran kerja yang dobel-dobel itu, dia baru tiba di rumah rata-rata setelah pukul 22.00. Tentu saja sangat capek, sehingga setelah makan malam Lastri langsung tidur, ngiler bikin peta Ilmu Bumi provinsi Jatim. Saat dicolek dan dibrengkal suami, sudah tak peduli lagi.
Karena terlalu sering dibegitukan, lama-lama Marijo menjadi curiga. Dia pun menduga-duga bahwa Lastri tak lagi peduli akan kewajibannya lantaran sudah punya PIL di luar, sehingga sudah memperoleh “pemenuhan” di jalur non reguler. Sebagai suami yang sayang istri, Marijo menjadi cemburu. Dia merasa ditanding-tandingkan, mentang-mentang gajinya kecil, dan istri sudah bisa cari duit sendiri.
Beberapa hari lalu kembali mendapatkan istrinya pulang di atas pukul 22.00. Lelaki dari Dusun Barang Desa Arjowinangun, Pacitan ini lalu menanyai istri, ke mana saja selama ini kok pulang telat terus? Tentu saja Lastri jadi tersinggung. Nggak diumumkan di koran, nggak diapload di internet, dari dulu juga tahu bahwa tiap sore kerja di klinik. “Ya wis, aku tak nang omah wae, ning blanjamu apa cukup (sudah, aku tak di rumah saja, tapi apa gajimu cukup)” tantang Lastri, mirip Krisdayanti saat hendak cerai dengan Anang.
Rasa cemburu Marijo berubah menjadi amarah yang tak terukur. Oo, begini  kaum wanita. Jikalau punya penghasilan sendiri, jadi berani sama suami. Dia pun mengomel prat pret prot. Eh, Lastri menjawab pula prat pret protttt! Jari jemari di tangannya yang sudah mengepal itu langsung dilayangkan ke kepala istrinya, pletak, jedug…., karena membentur tembok. Lastri pun langsung menangis kelara-lara (meratap), sehingga jadi layatan para tetangga.
Tapi tak hanya selesai sampai di sini. Esuk paginya Lastri mengadu ke Polres Pacitan dengan mengusung pasal KDRT. Sesuai dengan laporan tersebut, polisi segera bergerak dan menangkap Marijo. Sesuai pasal 44 ayat1 UU no 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, suami Lastri ini terancam hukuman penjara 5 tahun atau denda sebanyak Rp 15 juta.
Kalau punya duit, tambah Rp 15 juta, bisa mukul lagi. (

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 AZKA TRIMBELL
Design by FBTemplates | BTT